Wednesday, December 25, 2013

Bahasa Indonesia? Bahasa daerah?


Udah seminggu lebih gue ga update blog. Alesannya sih gue ada ujian akhir minggu lalu. Doain aja ya supaya hasilnya memuaskan.

Jadi ceritanya pada post kali ini gue mau membahas soal bahasa. Lebih tepatnya sih bahasa yang ada di Indonesia. Menurut Wikipedia, ada lebih dari 700 bahasa di Indonesia, dari yang masih aktif sampai yang sudah hampir punah. Hebatnya orang Indonesia itu banyak yang dibesarkan dengan minimal 2 bahasa. Bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Belum lagi kalau orang tua berasal dari suku yang berbeda dengan bahasa yang berbeda. Bertambahlah bahasa yang kita pahami. Jadi menurut gue anak Indonesia yang tak mengerti bahasa daerah itu sangat rugi, karena kemampuan komunikasi itu sangat penting apa lagi buat nawar harga di tempat yang punya bahasa daerah sediri, pasti orang lebih respect pada kita kalau kita berbicara bahasa mereka. Contohnya gue sekarang tinggal dijerman, gue akan lebih di terima sama orang jerman kalau gue bicara bahasa jerman bukan bahasa inggris.

Bahasa Indonesia: bahasa persatuan

Seperti yang kita ketahui ada ratusan suku dan bahasa di Indonesia. Dari Jakarta jalan sedikit ke Bogor pun sudah bicara beda bahasa. Bayangkan kalau nggak ada bahasa Indonesia, kita jalan ke luar kota sudah berasa pergi ke luar negeri. Tak faham bahasa dan berasa turis. Jadi bahasa Indonesia itu benar benar bahasa persatuan.

Bahasa itu akan selalu berkembang. Begitu juga bahasa Indonesia. Kita tau bahasa Indonesia berakar dari bahasa melayu yang sampai sekarang masih di gunakan di daerah kepualuan Riau dan sebagian Kalimantan. Mereka masih menggunakan bahasa melayu murni berbeda dengan bahasa melayu-Malaysia yang sudah dipengaruhi bahasa Inggris. Sama dengan bahasa Malaysia, bahasa Indonesia juga terbentuk karena pengaruh bahasa-bahasa lain seperti bahasa belanda, bahsa inggris dan bahasa-bahasa daerah. Jadi gue kira perkembangan bahasa Indonesia ga akan berhenti, pasti nanti jaman gue punya anak, anak gue akan ngomong dengan bahasa Indonesia yang berbeda dari bahasa Indonesia yang sekarang kita tau.

Bahasa gaul

Apa sih yang dikategorikan sebagai bahasa gaul? Menurut gue sih bahasa gaul itu bahasa yang dipakai sehari hari (bukan bahasa formal). Tapi jaman sekarang, bahasa gaul itu bahasa yang dipakai sama anak muda di Jakarta dan di acara-acara TV. Sebagai orang yang besar di Jakarta, mugkin bahasa ‘gaul’ itu bahasa yang paling gue kuasai dibanding bahasa Indonesia formal atau bahasa daerah. Yang gue pertanyakan kenapa bahasa gaul itu cuma dikotakan sebatas bahasa anak muda Jakarta, padahal kalau dibanding jumlah penduduk Indonesia yang buanyak, anak muda Jakarta itu cuman segelintir, jadi menurut gue aneh aja bahasa yang dipakai segelintir orang di cap sebagai bahasa gaul. Mungkin lebih tepat dinamain bahasa Jakarta, karena bahasa gaul ini banyak terpengaruh oleh bahasa betawi (bahasa betawi itu bahasa daerah beda dengan bahasa Jakarta yang universal), bahasa inggris dan sebagian bahasa daerah lain seperti sunda dan jawa. Uniknya di Jakarta ini nggak semua orang bicara bahasa yang sama. Semua suku dan bahasa ada di Jakarta. Mungkin hasil dari campur aduk bahasa ini terciptalah bahasa ‘gaul’ ini. Sebagai kota terbesar dan ibu kota, Jakarta adalah pusat semua kegiatan di Indonesia termasuk kegiatan pertelevisian. Jadi bahasa yang popular di Jakarta akan juga dipakai di program TV, jadi mungkin ini sala satu alasan bahasa Jakarta ini di cap sebagai bahasa gaul padahal bahasa ini tidak dipakai untuk bergaul di sebagian besar daerah di Indonesia. Berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang punya aturan gramatik yang jelas, bahasa gaul Jakarta itu masih berantakan. Kadang malah satu kata bisa menggantikan satu kalimat lengkap dan orang tetap bisa mengerti. Contohnya:

“enak sekali makanannya” bisa diganti dengan “beuuuuuh!!”
“malam ini hujan” diganti dengan “ujan coy”

Dan lain lain. Jadi bahasa ini akan menjadi bahasa yang paling cepat berkembang, jangankan bertahun-tahun kedepan, mungkin bulan depan akan ada kata-kata baru pengganti kata “unyu”.  

Bahasa daerah dan bahasa daerah yang di -Indonesiakan
Lain dengan bahasa gaul Jakarta yang tak beraturan, bahasa daerah punya aturan yang jelas bahkan lebih jelas daripada bahasa Indonesia. Bahasa ini sudah ada sejak jaman bahela sebelum belanda dateng ke tanah Nusantara. Dan hebatnya lagi bahasa ini masih bertahan sampai saat ini padahal banyak yang menganggap bahasa daerah itu kurang gaul dan ndeso. Tapi menurut gue bahasa daerah itu the real bahasa gaul. Gue termasuk orang yang rugi karena belom bisa menguasai bahasa daerah, gue cuman bisa bahasa Jawa pasiv secara orang tua gue berasal dari tahan jawa, tepatnya Surabaya dan Jogjakarta, itu pun gw hanya bisa bahasa jawa kasar karena ibu gw lebih sering ngomong bahasa Jawa (jawa timur) dibanding bahasa Indonesia.

Walaupun di Jakarta itu ada semua jenis suku dan bahasa dari pelosok Indonesia, tapi selama belasan tahun gue hidup di Jakarta, gue cuman familiar sama bahasa jawa dan sunda, yang lainnya hanya logat daerah bukan bahasa daerah. Tapi setelah berhijrah ke Jerman gue malah baru melihat betapa kayanya bahasa di Indonesia. Mata dan kuping gue bener bener terbuka. Dulu di Jakarta, mungkin teman gue banyak yang berasal dari luar jawa, tapi mereka pun ngomong bahasa Jakarta bukan bahasa daerah masing masing. Tapi di Jerman, orang Indonesia disini benar benar berasal dari pelosok negeri. Mungkin kalau nggak ke Jerman gue ga akan bisa punya teman yang native jawa, sunda, minang, batak, melayu (Sumatra & Kalimantan), dayak, bugis, bali bahkan papua. Mereka semua berbeda, punya bahasa yang berbeda dan watak budaya yang berbeda beda pula, yang menyatukan kita cuman identitas kita sebagai orang Indonesia dan berbahasa Indonesia. Gue kebetulan tinggal ber 7 satu rumah, 3 orang sunda, 2 orang Kalimantan, dan sisanya gw orang Jakarta dan satu orang bogor (bukan asli sunda). Jadi mereka bisa dirumah ngomong bahasa daerah masing masing dan gue cuma bisa melongo kerena nggak ngerti. Tapi karena terbiasa jadi malah gue yang untung karena bisa belajar bahasa baru. Sekarang gue mungkin mengerti 55% bahasa sunda bandung, bisa sedikit slang Kalimantan dan bahasa melayu. Jadi sekarang gue nggak sekuper dulu lah.  

Ada lagi jenis bahasa di Indonesia, yaitu bahasa daerah yang di-Indonesiakan. Apa maksudnya? Ini sebenernya istilah yang gue buat aja sih. Ini tuh hasil dari percampuran logat daerah, bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Bisasanya ini digunakan sama orang yang biasa berbahasa daerah dan ingin bicara kepada orang dari daerah yang lain yang punya bahasa yang berbeda juga. Yang kerennya lagi cara ini bisa membuat bahasa baru lagi yang berbeda dari bahasa aslinya. Contoh yang paling gue suka adalah bahasa Papua. Kata temen gue yang berasal dari papua, ada ratusan bahasa di tanah papua, jadi jangan bayangin papua itu sama semua. Orang dari Raja Ampat kalau ketemu dengan orang dari Jayapura bisa nggak ngerti satu sama lain, sama aja lah kaya orang jawa-sunda. Jadi mereka ‘menciptakan’ bahasa baru yang bisa dipakai di seluruh penjuru Papua & Papua Barat. Kalau ada orang yang ngomong kaya gini lu bakal ngerti apa nggak?

“ hey ko su kirim email?”,“sa su makan” atau “ko mo pi kmana?” (sorry kalau ejaannya salah)

ini mungkin contoh yang paling gampang dari logat papua. Jangan salah bahasa ini menurut gw salah satu faktor pemersatu papua. Karena mereka rata rata berbicara seperti ini. Dulu mungkin lucu dan nggak ngerti kalau orang papua ngomong, tapi sekarang karena sering berkomunikasi dengan mereka gw bisa paham dan respect dengan bahasa mereka. Jadi bener tuh kata orang, banyak temen berarti banyak ilmu, dan bisa mengubah perspective gue terhadap orang lain.

Jadi ini lah pembahasan gue masalah bahasa yang ada di Indonesia. Maaf maaf aja kalau ada yang nggak setuju sama teori asbun gue. Tapi ya ini hanya pendapat subjektif gue doang kok hhe yang penting kita harus tetap bangga berbahasa Indonesia, jangan malu. Karena ada temen gue orang Malaysia pernah bilang ke gue, dia kagum sama Indonesia, katanya pas dia jalan jalan ke Indonesia dia kaget pas tau kalau semua orang bisa berbahasa Indonesia termasuk etnis cina, arab bahkan india yang tinggal di Indonesia, berbeda dengan di Malaysia yang cina pakai bahasa cina, yang india pakai bahasa india, bukan bahasa Melayu. Jadi berbanggalah kita orang Indoneisa yang bisa dipersatukan oleh bahasa kesatuan, bahasa Indonesia.  


Monday, December 9, 2013

Roommate Part 1 (Berlin)

Gue sudah hampir 1,5 tahun tinggal di jerman. Udah 1 kali pindah kota, dan 2 kali pindah rumah. Jadi kesimpulannya gue udah ganti temen satu apartement 2 kali di 2 kota yang berbeda. Mungkin ini salah satu pengalaman yang paling penting buat gue.  Punya banyak teman dan belajar berinteraksi dengan baik. Karena banyak temen itu artinya banyak koneksi dan banyak koneksi insya Allah juga banyak rezeki.

Selama ini gue belom pernah tinggal dengan selain orang Indonesia. Bukannya gue rasis ya, tapi menurut gue kita harus tinggal sama orang yang nyaman buat kita dan itu semua cuman bisa dicapai kalau tinggal sama saudara setanah air. Tapi nggak selalu pernyataan gw itu bener sih. Kadang pikiran kita saja yang terlalu terkotak kotak, hingga tidak bisa melihat lebih luas. Dengan tinggal sama bule kita bisa belajar bahasa dan budaya mereka. Tapi mungkin itu tidak menjamin kenyamanan. Bisa juga kita kedapatan tinggal dengan orang Indonesia yang bertolak belakang dengan kita dan tidak mau berkompromi dalam bertetangga. Jadi masalah dengan roommate adalah masalah yang dasar dan harus di mengerti oleh orang satu rumah termasuk diri kita.

Capek ah ngomong serius. Mendingan kita ngomongin yang asik asik aja.

Jadi seperti yang gue bilang tadi, gue udah pernah pindah rumah 2 kali. Pertama kali gue dateng ke Jerman gue tinggal di kota terbesar sekaligus ibu kota dari Negara ini yaitu Berlin. Kota ini mungkin paling mirip dengan Jakarta. Minus macet, minus polusi dan minus macem macem lah. Tapi semua terjadi di kota ini seperti Jakarta.

Di Berlin gue tinggal di daerah yang namannya Charlottenburg, tepatnya dekat dengan Schloss Charlottenburg (istana gitu deh). Gue nggak tinggal di instana kok cuman deket aja dari istananya. Tempat tinggal gue memang salah satu tempat yang nyaman untuk ditinggali, selain dekat dengan istana ada juga sungai yang mengalir tepat di samping gedung apartment gue jadi asri banget environment-nya. Balik lagi deh ke topik awal ngomongin tentang roommate. Di apartement ini ada 2 kamar tidur, 1 gudang, dapur dan kamar mandi. Lengkap sih karena sewanya juga agak mahal. 1 kamar tidur di isi sama 2 orang. Jadi totalnya itung sendiri lah berapa orang yang tinggal disini. Anda benar! 4 orang! *abaikan saja*. 1 kamar diisi oleh gue dan teman gue. Dan kamar yang lain diisi sama 2 cewe. Jadilah mereka 3 kenalan pertama gue di Jerman. Di masa masa awal di Berlin, gw bisa di bilang sangat ansos. Gw keluar rumah cuma buat belanja, solat jumat, sama les bahasa. Selain itu gue kerjain semuanya di rumah. Karena jika disitu ada koneksi internet, di situlah dimulai kehidupan hhe. Beda dengan 3 roommate gue. Mereka mungkin bisa dikategorikan jadi ‘anak gaul indo’ dan gue ‘anak jago kandang’. Ga tau kenapa dulu gue agak susah kenalan sama orang, jadi gw ga punya temen dan temen gue cuman laptop yang sudah tak muda lagi.

Teman gue yang satu kamar sama gue asalnya dari papua. Apus semua bayangan kalian tentang perawakan orang papua. Gue sendiri dulu masih bingung mungkin karena pikiran gue masih sempit kali ya. Temen gue satu ini kulitnya lebih putih dari gue dan badannya gede. Tapi gue pertama ketemu dia setelah 2 minggu pertama gue di berlin. Dia jarang pulang. Dulu gue mengkategorikan dia sebagai ‘anak-gaul-nomaden-padahal punya rumah’. Kalau pulang udah kaya lagunya Payung Teduh, malam terlalu malam pagi terlalu pagi. Jam 2-3 malem baru balik atau kalau balik sore jam 7 udah jalan lagi. Kalau gue Tanya:

“lu udah mau pergi lagi?”
“iya nih mau ke Koethen (salah satu kota kecil 2 jam dari berlin)”

Anjiir gue pikir kuat abis ya ini orang jalan mulu dari kota A ke kota B terus ke kota C. gue disuruh ke Jakarta barat aja ogah kalau dari rumah di Jakarta *emang terlalu mager sih*. Ini dia bolak balik kota yang jauhnya kira kira kaya Jakarta-bandung. Setelah beberapa lama gue kebiasa sih dengan kebiasaan temen gue satu ini. Mudah-mudahan aja dia pergi pergi terus itu bukan karena gw jarang mandi *walaupun tetep wangi*.  Setelah gue tanya temen serumah yang lain dia emang dari dulu jarang pulang.

Teman satu apartemen gw yang lain itu 2 cewe. Berjilbab. Solehah lah insya Allah. Mereka jarang dirumah juga. Eh jangan mikir yang nggak-nggak. Mereka tuh ke masjid terus setiap hari. Nah problemnya itu, waktu itu lagi bulan Ramadhan. Dan Ramadhan bertepatan di musim panas. Enaknya tinggal di Indonesia, waktu siang dan malam ga pernah berubah-rubah. Nah di Eropa unfortunately semua tergantung musim. Musim panas siangnya lama banget. Dan maghrib itu jam setengah 10 malam. Jadi kita puasa kira-kira 18 jam!! Bayangkan! Wajar dong kalau gue jadi mager *ini mah alesan aja, biasanya juga mager*. Jadi kalau maghrib jam setengah 10 malem, otomatis isya jadi lebih malem dan solat taraweh selesainya jadi malem banget. Sekitar jam 12an malam baru selesai. Dan gue baru tau akhir-akhir ini kalau mereka jarang pulang gara-gara kemaleman dan ga ada yang nemenin mereka pulang juga, karena gue lebih sering solat di rumah. Jadi mereka lebih milih nginep dirumah temen mereka dibanding pulang malem. Sampe sekarang gue jadi ga enak sama mereka. Tapi mereka enjoy enjoy aja kok dan ga pernah bete sama gue. Mungkin ini ya yang namanya toleransi sesama teman satu rumah.

Gue toleransi ke temen gw yang pulang malem terus atau malah jarang pulang. Dan 2 cewe ini toleransi sama kemageran gue.  Ya itu lah hidup, ga ada orang yang perfect, jadi  kita harus bisa toleransi satu sama lain. Apa lagi sama yang tinggal bareng sama kita. Dan jangan keenakan di toleransi terus, kita juga harus mikirin yang lain.

Roommate part 1 selesai. Lanjutannya menyusul ya…


Saturday, December 7, 2013

KEPO?

Kepo tuh sebenernya artinya apa sih? banyak version yang gue tau. kalau menurut kamusslang.com sih itu singkatan dari Knowing Every Particular Object, tapi gue juga pernah denger kalau itu singkatan dari Kelakuan Polisi.
pilih lah definisi mana yang lu suka! 

Mungkin kalau gampangnya kepo tuh curious atau kerennya kalau bahasa jermannya 'neugierig'. 

Penggunaan kata kepo yang baik dan benar tuh kaya gini:
a: cuy lagi chat sama siapa?
b: ah kepo banget sih lu!

Penggunaan yang tidak benar:
nyokap: kamu kok pulang malem banget sih?
si anak: ah kepo banget sih lu! <------ nah kalimat ini nih yang bikin penduduk neraka lebih banyak dari penghuni surga. hormati lah orang tuamu *aseeek*

Kadang kita emang ga suka kalau di bilang kepo. berasanya kita itu stalker pedophile yang lagi nyari korban, padahal kita cuman ngeliatin profile facebooknya doang :P
Biasanya ini nih cara cara anak jaman sekarang ngeles kalau lagi kegep ngepoin orang:
a: lagi ngepoin siapa cuy?
b: nggak kok ini lagi ga ada kerjaan aja ngeliat instagram temen gw.
#
a: woy kok lu kepo sih?
b: gw tuh ga kepo, tapi gw peduli!

Nah ini kita dapet definisi baru dari Kepo:
KEPO = Peduli?
kalau menurut lu gimana? bener ga tuh? 

###

Dari yang gue amati dan alami, kepo tuh ada 2 jenis, yaitu kepo aktif sama kepo pasif.
apasih maksud gw bikin teori aneh2? bentar gue jelasin dulu. kepo aktif tuh kepo yang terjadi ketika komunikasi langsung sama orang yang kita kepoin. contohnya pacar kita (padahal yang nulis ga punya pacar) nanyain dimana? lagi apa? sama siapa? kok ini kaya lagu ya -.- 

Kalau kepo pasif tuh kepo yang biasanya terjadi di dunia maya. memang ya hadirnya teknologi yang canggih seperti internet yang gampang banget di akses menjadi penyebab utama kepo jenis ini. contohnya nih, kalau mau deketin cewe pasti sebelum kita bikin pergerakan, kita liat dulu facebooknya atau liat status twitternya biar tau ini cewe itu kaya gimana. 
jaman sekarang udah banyak sosmed yang bisa jadi media kepo. selain FB dan twitter, ada juga Instagram
applikasi yang bikin lu berasa jadi fotografer handal padahal cuman ngandelin effek tambahan doang. tapi biasanya cewe tuh demen banget selfie (foto diri sendiri). kalau cewe yang kita kepoin itu cantik pasti adem terus ngeliatnya, dan ga kerasa kita udah ngepoin fotonya sampe ke foto yang di upload 30 minggu yang lalu. 
Ada lagi musuh dari para penggemar kepo yaitu: Path. ini menurut gw sosial media yang keren abis, ini ga seribet facebook atau terlalu simple kaya twitter. kita juga bisa upload foto plus efek keren kaya instagram. tapi sayangnya kita pasti ketauan kalau buka profil temen kita.

jadi menurut lu sosial media apa yang paling enjoy buat kepo?

tips gw sih jangan mudah percaya aja kalau nemu cewe/cowo random yang keliatannya cantik/ganteng dan statusnya selalu bijak dan religius. karena sesungguhnya sosial media itu media PENCITRAAN.

###

Tambahan nih ada tips tips menarik tapi absurd yang bikin kita kepo dengan nyaman dan ga ketauan:

-bikin 2 account instagram, yang satu emang account lu, yang satu lagi khusus buat kepo. jadi kalau lu ga sengaja ke double click alias ga sengaja ke like, lu ga ketauan kalau lagi ngepoin si doi.
-kalau kepoin foto orang di facebook, jangan profile picture nya doang, tapi foto yang di tag juga, biar tau itu muka aslinya dia apa bukan. lu tau sendiri kan banyak profpict yang palsu.
-pinjem handphone temen lu terus lu bisa bebas buka profile Path si doi. pasti doi nyangka kalau temen lu yang visit dia, dan lu bisa nyaman ngepoin tanpa ketauan *evil laugh*

Dari tadi gw kayanya kaya encourage banget ya buat ngepoin orang. intinya gini deh kalau lu ga mau di kepoin jangan ngepoin orang. dan lu harus mikir juga perasaan orang yang lu kepoin, dia kira kira seneng ga di kepoin? tapi ya kalau ga mau di kepoin jangan upload yang aneh aneh di sosial media!

segitu aja deh dari gue, semoga bermanfaat * ya kali *