Ini bukan cerita cinta biasa. Ini adalah
cerita anak manusia yang jatuh cinta kepada alam. Ini adalah ceritaku, seorang
mahasiswa yang terdampar di negeri yang penuh dengan kebebasan.
1 hari setelah
pergantian tahun, aku dan beberapa kawan melakukan perjalanan ke selatan negara
ini. Ke sebuah kota dimana 2 negara saling bertemu. Kota perbatasan Jerman dan
Austria, bernama Füssen.
Sebelumnya aku akan menceritakan sepotong
sejarah dari tanah Bavaria, Jerman. Sejak tahun 1864
hingga 1886 Bavaria dipimpin oleh seorang raja bernama Ludwig Friedrich Wilhelm, atau Ludwig (Louis) II. Ludwig II dikenang sebagai salah satu penguasa
Jerman yang tidak biasa dan populer bagi rakyatnya. Popularitasnya ini
disebabkan terutama karena tiga faktor: Pertama, ia menghindari perang,
sehingga menciptakan kedamaian di Bavaria. Kedua, ia membiayai sendiri
pembangunan kastilnya sehingga tidak membebani kas negara serta menciptakan
lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Ketiga, ia sering menyamar untuk
mengunjungi rakyatnya dan menghadiahi orang-orang yang ramah terhadapnya dengan
hadiah yang berlimpah. Ludwig adalah pribadi yang unik, dia mempunyai
hobi membangun kastil. Terhitung ada 5 kastil yang di bangun pada masa
kekuasaannya. Salah satu kastil yang paling indah adalah kastil Neuschwanstein.
Kastil ini adalah kastil
Bavaria pada abad ke-19. Kastil ini terletak
di puncak pegunungan di Jerman, di dekat Hohenschwangau dan Füssen di Bayern(Bavaria) barat daya.
Berbekal keingintahuan dan
hasrat untuk berpetualang kami pergi melihat ketangguhan dan keanggunan kastil
yang disebut sebagai model dari kastil di negeri dongeng di film disney itu. Untuk
bisa sampai ke kota Füssen, tempat dimana kastil itu berada, kita harus naik
kereta dari kota Munchen (Munich). Kira-kira dibutuhkan waktu 2 jam perjalanan
untuk menuju ke Füssen dari Munchen.
Setelah
berpisah dari pemandangan gedung-gedung tinggi di Munchen, kita disapa oleh
rumah rumah mungil yang tertata rapih di pinggir kota. Setelah melantur kesana
kemari bersama teman tak terasa pemandangan kota sudah bebubah menjadi lautan
salju yang terhampar sampai ujung horizon. Tak jarang pula ada rumah-rumah khas
eropa yang tersusun di lembah berbalut salju terlihat terselip diantara
bukit-bukit mungil. Pemandangan bukit-bukit berubah menjadi pegunungan tinggi
yang berbalut salju yang lembut dan pohon-pohon yang masih hijau daunnya, sebuah
konspirasi semesta yang membuat mata tak bisa berpaling. Percuma aku
deskripsikan, pemandangan di depan mataku adalah pemandangan yang bisa membuat
lelaki tangguh mendayu-dayu seperti irama lagu Ella Fitzgerald. Sungguh karya
ilahi yang tak terhingga nilainya.
Setelah
2 jam di kereta akhirnya kita tiba juga di Füssen. Kota mungil ini dikelilingi pegunungan Alpen
yang tertutup salju. Jam menunjukan pukul 2 siang, kota ini telah dipenuhi oleh
ratusan manusia yang ingin mengunjungi istana bavaria yang masyhur
itu. Suasana melankoli eropa sangat terasa di kota ini, bangunan lawas dan baru
tersebar bendampingan dan suasana musim dingin membuat kota ini terlihat lebih
misterius dan anggun.
Akibat
tebalnya salju dan cuaca yang tidak terprediksi, jasa tranportasi untuk para
pengunjung yang ingin mengunjungi kastil yang berupa bis tidak tersedia,
sehingga kita harus jalan kaki menuju ke kastil Neuschwanstein. Kastil ini
terletak di atas gunung yang tidak terlalu terjal sehingga masih bisa dicapai
dengan jalan kaki. Dibutuhkan kira-kira 40 menit untuk sampai ke kastil. Jalan setapak
yang terbuat dari aspal dihiasi dengan salju yang sudah ternodai oleh
lumpur-lumpur bekas jejak kaki manusia dan kuda. Kereta kuda sekali-kali
terlihat mengantar penumpang yang tidak mau jalan kaki. Kadang kuda-kuda itu
juga meninggalkan jejak lain berupa kotoran kuda, untungnya ada petugas yang
rutin membersihkan jalan sehingga kotoran kudanya tidak terlalu mengganggu pejalan
kaki. 40 menit menanjak menuju kastil sama sekali tidak terasa, peluh pun tak
terlihat akibat temperatur yang sangat rendah. Setiap 5 meter sekali kita
berhenti untuk berfoto. Pemandangan yang sangat menakjubkan adalah alasan utama
mengapa 40 menit terasa seperti secepat jentikan jari. Pegunungan yang berpadu
dengan bangunan-bangunan klasik eropa dan salju yang menutup atap-atap rumah
terlihat seperti lukisan semesta yang tak ternilai.
Siluet
bangunan tinggi terlihat disela sela pepohonan yang tak berdaun. Bangunan tinggi
itu adalah kastil Neuschwanstein. Kastil ini tak ternilai keindahannya, kasti
ini adalah pujian untuk imajinasi manusia, kastil ini adalah sosok bidadari
yang duduk diantara permadani putih, kastil ini adalah cinta tuhan kepada
ciptaannya. Hanya satu kata yang terkenang di hati saat melihat pemandangan
surgawi ini “nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?”.
Dibalik
kastil Neuschwanstein ada sebuah kastil yang lebih kecil tapi tak kalah
cantiknya bernama kastil Hohenschwangau. Dibelakang kastil ini ada danau yang
terlihat beku dan pegunungan yang berselimut salju. Jantungku berdebar melihat
indahnya semesta ini. Angin lembut terasa seperti surga di dunia. Pada saat itu
aku jatuh cinta. Jatuh cinta kepada alam dan kepada sang pencipta.
Nikmat
tuhan mana lagi yang kau dustakan?
Cerita ini kupersembahkan untuk keluargaku
yang ada di tanah air, semoga kita bisa bersama-sama mengunjungi bagian bumi
yang indah ini.
asik banget dah
ReplyDeletemangkannya jalan2 mbak :)
Delete